ANGKASAREVIEW.COM – Kekuatan tempur pasukan kavaleri berupa barisan tank lapis baja masih menjadi ujung tombak dalam peperangan di darat yang kerap dilancarkan oleh militer dari berbagai negara.
Misalnya saja, jika sampai terjadi peperangan darat antara pasukan Rusia melawan NATO dan AS yang saat ini keduanya sudah berhadap-hadapan di Eropa Timur, tampaknya duel tank seperti yang pernah terjadi dalam Perang Dunia (PD) II akan terulang.
Ketika bertempur melawan pasukan Nazi Jerman pada PD II, pasukan Rusia terlibat duel tank sengit di kota Kursk (Battle of Kursk) sebelum akhirnya berhasil memukul mundur pasukan Nazi dari daratan Rusia.
Berdasar pengalaman tempur itu, kini Rusia sudah menyiapkan diri untuk menghadapi duel tank melawan tank-tank NATO dan AS menggunakan tank tanpa awak atau tank robot.
Secara fisik tank robot yang dinamai Uran-9 ini tetap seperti tank pada umumnya. Namun, dalam operasional tempurnya dikendalikan dari jarak jauh.
Karena operasional tank robot Uran-9 seperti mengendalikan pesawat tanpa awak atau drone, tank Uran-9 pun tergolong sebagai drone darat, Unmanned Combat Ground Vehicle (UCGV).
Youtube Sebagai tank tempur lapis baja tanpa awak, produksi Uran-9 dikembangkan dari tank BMP-3 yang sudah dikenal sebagai tank pendukung tempur pasukan infanteri marinir.
Bobot tank Uran-9 adalah 14,7 ton dan dilengkapi persenjataan tank pada umumya seperti meriam, senapan mesin, kanon kaliber 30 mm, rudal antitank, dan lainnya.
Sebagai tank yang ditujukan untuk menghadang gempuran tan-tank pasukan NATO dan AS, Uran-9 yang bisa melaju dalam kecepatan 60 km/jam ini juga bisa melintasi medan ektrem dan genangan air yang cukup dalam.
Tank robot Uran-9 dioperasikan seperti memainkan video game. Personel operator cukup mengawasi melalui layar video. Sesuai rencana Rusia telah dan akan memproduksi Uran-9 ini dalam jumlah ribuan unit. Uran-9 diuji pertama kali di medan Perang Suriah dan telah ikut diikutsertakan dalam latihan militer skala besar Vostok 2018.
A Winardi