Saat-saat Getir Ketika Pasukan Perancis Harus Angkat Kaki dari Dien Bien Phu

PerancisSolair
ROE

ANGKASAREVIEW.COM – Pada 13 Maret hingga 7 Mei 1954, suatu pertempuran hidup-mati antara pasukan Perancis dengan Viet Minh pecah di wilayah yang sesungguhnya kurang memiliki nilai strategis. Namun, hasilnya cukup mencengangkan. Bencana yang dialami  Perancis di Dien Bien Phu, kontan mempercepat tamatnya kolonialisme Perancis di Vietnam dan Indochina.

Tatkala Panglima Militer Viet Minh, Jenderal Nguyen Giap, memerintahkan serbuan pada 13 Maret 1954 maka berdentumlah semua laras meriamnya menghujani perbentengan Dien Bien Phu. Pasukan infanteri Viet Minh merayap melalui terowongan yang digali sejak dua bulan sebelumnya. Lalu mereka menyerbu benteng-benteng terluar Perancis.

Pertempuran sengit jarak dekat pun tak terelakkan. Sasaran pertama Benteng Beatrice dapat dikuasai oleh Viet Minh dan pasukan Perancis mundur.

Esoknya, meriam Viet Minh semakin leluasa menembaki sasaran-sasaran di pangkalan udara maupun benteng lainnya. Bangunan-bangunan kubu hancur walau telah diperkuat dengan balok-balok besar.

Perlawanan pasukan artileri Perancis sebagaimana dijanjikan oleh komandannya, ternyata  tidak berhasil membungkam meriam musuh. Benteng Gabrielle pun menyusul jatuh.

“Kehormatan saya betul-betul habis,” ucap Komandan Pasukan Artileri Perancis Letkol Charles Piroth.

Tanggal 15 Maret, ketika masih berbaring di tempat tidurnya, Piroth melepas kunci granat tangan dengan giginya dan lalu meledakkan dirinya sendiri.

Pada pertempuran hari ketiga itu, Jenderal Giap agak mengendurkan ofensifnya. Selama dua minggu berikutnya setelah itu, ia menjalankan strategi  “mengganggu” musuh (attrition) dengan maksud untuk mengurangi jumlah korban di pihaknya.

VietnamDien Bien Phu

Di lain pihak, Perancis berharap musim penghujan akan membuat pasukan viet Minh mengalami rintangan medan lumpur. Namun yang terjadi malah sebaliknya. Awan gelap yang rendah justru menghalangi operasi pesawat-pesawat Perancis, baik untuk mengebom maupun menjatuhkan bantuan.

Dalam beberapa hari pertama pertempuran, pihak Viet Minh kehilangan sekira 2.500 orangnya. Mereka tewas. Namun demikian, pihak Perancis pun semakin terdesak. Apalagi peluru meriam viet Minh hampir tak ada hentinya menyalak menghujani perbentengan.

Benteng ketiga Ann Marie juga jatuh. Di bekas benteng milik Perancis itu pasukan Viet Minh memasang senjata antipesawat. Alhasil, ranjau-ranjau udar ini pun tidak memungkinkan pesawat C-47 maupun Fairchild C-119 milik Perancis untuk terbang rendah dan menjatuhkan bantuan logistik dengan tepat.

Setiap malam pasukan Viet Minh bergerak maju. Lalu mereka berhenti di tempat perlindungan. Mereka tidak dapat diusir dengan tembakan meriam karena Perancis pun berhemat dengan pelurunya yang semakin menipis.

VietnamAP

Sisa peluru meriam akan dipakai Perancis untuk menghadapi serbuan besar terakhir musuh. Perang dengan cara attrition ini diakhiri oleh Jenderal Giap pada 30 Maret. Ia memerintahkan serangan massal lagi selama beberapa hari hingga tanggal 5 April.

Dalam pertempuran jarak dekat satu lawan satu, pasukan Viet Minh berhasil menerobos perimeter pertahanan Perancis. Perimeter tersebut dijaga dengan gigih guna melindungi Benteng Huguette, Claudine, Isabelle, dan juga Elaine yang tersisa.

Tak kuat menahan gempuran, pasukan Perancis pun akhirnya angkat kaki dari Dien Bien Phu. Perancis menyerah tanpa syarat dan terusir dari bumi Vietnam dan Indochina.

A Winardi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *