TNI AU Sudah Kirim Penerbang untuk Su-35 ke Rusia

Su-35SVitaly Kuzmin

ANGKASAREVIEW.COM – Kabar mengenai kelanjutan pembelian jet tempur Su-35 oleh Pemerintah Indonesia dari Rusia selalu menarik untuk disimak. Guna mencari bocoran informasi terkait akuisisi Flanker-E oleh Kementerian Pertahanan RI bagi Skadron Udara 14 TNI AU, Angkasa Review menyambangi Dinas Penerangan TNI AU di Mabesau, Cilangkap, Jakarta Timur.

Dari obrolan bersifat wawancara dengan Kadispenau Marsma TNI Novyan Samyoga mengenai perkembangan pembangunan kekuatan TNI AU berikut sarana-prasarana dan alutsista, akhirnya bahasan pun sampai ke masalah Su-35.

Tautan: TNI AU Siapkan Penerbang dan Teknisi untuk Awaki Su-35

Pertama, Kadispenau menekankan, bahwa tidak ada tekanan dari pihak Pemerintah Amerika Serikat (AS) terhadap Indonesia dalam hal pembelian Su-35 dari Rusia.

AS, jabar Kadispenau, menghargai Indonesia sebagai negara berdaulat untuk melakukan pembelian alutsista baik dari Blok Barat maupun Timur.

Novyan SamyogaRoni Sontani
“Adanya kekhawatiran dari sebagian kalangan yang menyatakan bahwa kita tidak akan mendapatkan ‘restu’ dari Washington, itu tidak benar. Pemerintah AS sendiri dalam hal ini menyadari bahwa Indonesia adalah negara berdaulat dan kita tidak dipermasalahkan untuk mengakuisi (persenjataan) dari Barat serta memperkuatnya dari Blok Timur,” ujar mantan Kepala Dinas Fasilitas dan Konstruksi TNI AU, Panglima Kosekhanudnas I, dan Komandan Lanud Adisutjipto, Yogyakarta ini di kantornya, Jumat (8/3/2019).

Tautan lain: Ini Dia Rudal Jarak Jauh untuk Su-35 dan Su-57, Lebih Hebat dari AMRAAM dan Phoenix

Kedua, TNI AU telah mengirim empat penerbang untuk Su-35 ke Rusia. Hal ini dilakukan dua tahun lalu. Keempat penerbang yang dikirim ke Rusia ini adalah para penerbang dari Skadron Udara 11.

“Mereka kita siapkan untuk bridging bagi para penerbang muda Skadron Udara 14 nantinya yang akan menerbangkan Su-35 di Skadron Udara 14,” lanjut Kadispenau.

Tautan: 10 Tahun Su-35 Mengudara, Prototipe Pertama Terbang pada 19 Februari 2008

Pengiriman empat penerbang untuk mengawaki Su-35 dua tahun lalu, merupakan inisiatif dari TNI AU sendiri dan bukan merupakan paket dari pengadaan Su-35 oleh Kementerian Pertahanan.

“Ini bagian dari pembinaan penerbang di skadron. Selain untuk memperkuat Skadron Udara 11 sendiri, mereka disiapkan untuk menjadi instruktur Su-35 yang akan mendidik para penerbang muda di Skadron Udara 14.

Su-35Sukhoi
Lalu, mengapa yang dikirim ke Rusia ini bukan dari Skadron Udara 14? Pertimbangannya adalah karena selain mereka sudah mengantongi jam terbang di Su-27/30, juga karena pengadaan Su-35 ini pesawatnya tidak bisa langsung datang karena terkait proses jual beli dan imbal dagang.

Tautan lain: Mengapa China Membeli Su-35?

“Jadi, selama menunggu kedatangan Su-35 ini mereka tetap terbang di Skadron Udara 11. Kalau di Skadron Udara 14 kan belum ada pesawatnya. Namun, pada saatnya nanti junior-junior dari Skadron Udara 14 justru yang akan mengawaki Su-35 dan memimpin satuan di Skadron Udara 14,” tegas penerbang tempur yang pernah mengomandani Skadron Udara 15 dan menjadi Danlanud Pontianak ini.

Su-35David Cherkasov
Pengiriman penerbang Skadron Udara 11 untuk Su-35, lanjut Samyoga, sama seperti dulu ketika Indonesia membeli pesawat Hawk 100/200 untuk Skadron Udara 12. Penerbang senior TNI AU yang dikirim ke Inggris justru dari Skadron F-5, F-16, dan A-4.

Tautan lain: Patroli dan Latihan Perang, China Kerahkan Su-35 dan Kapal Induk Liaoning ke LCS

“Pada akhirnya, yang mengawaki Hawk 100/200 di Skadron Udara 12 ya penerbang-penerbang muda dari Skadron Udara 12 itu sendiri. Ini juga sama untuk Skadron Udara 14.”

Sementara masih menunggu kedatangan Su-35, para penerbang muda Skadron Udara 14 yang belum mendapatkan jam terbang di Sukhoi, kini dititipkan terlebih dahulu di Skadron Udara 15.

Pertimbangannya, bila semua ditempatkan di Skadron Udara 11, maka para penerbang di Skadron Udara 11 pun akan kekurangan pesawat yang otomatis perolehan jam terbang pun menjadi sedikit. “Jadi, sebelum ke Sukhoi mereka terbang dulu di T-50.”

Saat pesawat Su-35 sudah datang, formasi para penerbang ini pun akan bergerak secara simultan. Yang sudah terbang di Su-27/30 lanjut ke Su-35 dan yang dari T-50 akan mendapatkan jam terbang di Su-27/30. Pendidikan penerbang Su-35 akan dilaksanakan di Rusia, namun bisa juga di Indonesia oleh para instruktur Su-35 TNI AU.

Tautan: Tidak Ada Su-35 dalam Daftar Proyeksi Penerimaan Alutsista TNI Tahun 2019

“Kami berharap Su-35 segera datang, karena para penerbang Skadron Udara 14 sudah lama tidak punya pesawat di skadronnya sendiri,” pungkas Samyoga.

Roni Sontani

3 Replies to “TNI AU Sudah Kirim Penerbang untuk Su-35 ke Rusia”

  1. Om rony, apakah praktek semacam ini dibenarkan secara administrasi (mengirim pilot berlatih menerbangkan su-35)…padahal kewenangan pembelian alutsista ada ditangan lengan dan bukan dimasing2 matra ?

    Heran aja kenapa diera tsb, lumrah kayak gini ya ?

    1. Setahu kami TNI AU sudah biasa mengirimkan pilot-pilotnya untuk meningkatkan skill, training (di simulator), mengirimkan penerbang ke FWIC atau sekolah Top Gun di AS, observer ke Red Flag dll. Jadi tidak ada masalah. Kalau untuk Su-35, tentunya pengiriman penerbang dimaksud adalah untuk persiapan awal dan pengenalan sistem saja selain untuk kebutuhan penerbang di Skadron Udara 11 sendiri. Kalau training khusus untuk penerbang dan teknisi Su-35 nanti biasanya termasuk dalam paket pembelian Su-35. Demikian dari kami

  2. Mantap TNI AU, martabat bangsa ini semakin sangat sangat di perhitungkan dan di segani di mata dunia, jaya selalu indonesia ku, sangat bangga dengan TNI indonesia semoga semakin kuat dan besar, brapo.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *