Potensi Konflik dengan China Makin Meruncing, Taiwan Borong 66 F-16V

ANGKASAREVIEW.COM – Mulai Februari 2019, militer China telah menempatkan pesawat-pesawat pengebom strategis jarak jauh Xian H-6 di Xingning Airbase yang berjarak sekitar 450 km dari Taiwan. Hadirnya H-6 pada posisi yang makin mendekati Taiwan ini jelas ada kaitannya dengan keinginan China untuk mengambil Taiwan sebagai negara “Satu China”.

Belakangan istilah “Satu China” itu kemudian diperhalus dengan reunifikasi China-Taiwan melalui “Satu Negara Dua Sistem”.

Akan tetapi, Taiwan tegas menolak keinginan China dengan alasan akan terjadi pembatasan demokrasi dan kemerdekaan.

Presiden China Xi Jinping tampaknya tidak mau menggubris alasan Taiwan itu. Opsi mengambil paksa Taiwan melalui aksi militer pun sudah disetujuinya.

Tautan lain: Viper Menggeliat, Bulgaria (juga) Jatuhkan Pilihan pada F-16V

“Kami tidak bisa berjanji untuk mengakhiri kekuatan militer dan akan menggunakan pilihan ini jika diperlukan,” tegas Presiden Xi dalam pidato perayaan 40 tahun Hubungan Lintas Selat China-Taiwan di Great Hall People of Beijing pada 1 Januari 2019 seperti diberitakan media China.

Taiwan yang tidak mau menyerahkan kedualatannya kepada China, apalagi pemerintah Amerika Serikat (AS) telah menyatakan dukungannya terhadap Taipei, memang tidak tinggal diam.

Tautan lain: Gantikan MiG-29 yang Sudah Uzur, AU Slowakia Siap Operasikan F-16V

Untuk meningkatkan kekuatan udaranya guna sewaktu-waktu mengantisipasi serangan dari Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (People Liberation Army Air Force/PLAAF), Angkatan Udara Taiwan (Republic of China Air Force/ROCAF) telah memesan 66 unit F-16V dari AS seharga 13 miliar dolar.

 

F-16V

Pembelian jet-jet tempur F-16 Viper yang merupakan generasi paling mutakhir F-16 itu tidak hanya berupa pesawatnya saja, melainkan juga mencakup paket pelatihan para pilotnya, perlengkapan senjata berupa rudal udara ke udara dan udara ke permukaan, serta jaminan perawatan pesawat selama dua tahun.

Jet-jet tempur F-16V yang diterima ROCAF pada saatnya nanti ini akan ditugaskan untuk menghadang serangan udara PLAAF.

Tautan lain: Taiwan Ingin Beli F-35, Presiden Trump Pikir-pikir…

Konflik yang melibatkan China dan Taiwan, sebenarnya sudah tercetus sejak usai Perang Dunia II, terutama ketika Perang Dingin antara Blok Timur dan Blok Barat makin memanas.

Saat itu PLAAF dan ROCAF bahkan sudah sering bentrok di udara di atas Selat Taiwan. Terutama pada saat Krisis Quemoy bergolak.

PLAAF menggunakan pesawat buatan Rusia seperti MiG-15 dan MiG-17, sedangkan Taiwan menggunakan pesawat buatan AS seperti F-86 dan RF-84.

F-16V

Dalam bentrok udara yang terjadi pada 1958, sejumlah pesawat dari kedua belah pihak rontok atau rusak akibat hantaman rudal masing-masing pesawat.

Tautan lain: Yunani Tingkatkan Kemampuan 85 F-16C/D Block 30/50 Jadi Viper

Hingga perang berakhir, kedua belah pihak saling mengklaim jumlah pesawat musuh yang berhasil dirontokkan.

PLAAF mengklaim berhasil menembak jatuh 14 pesawat tempur, sementara ROCAF mengklaim sukses merontokkan 32 pesawat tempur PLAAF.

A Winardi

 

editor: ron

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *