Saudi Royal Guard Regiment, Pasukan Khusus Penjaga Raja Salman

Pasukan KhususREUTERS

ANGKASAREVIEW.COM – Arab Saudi dikenal sebagai negara penghasil minyak yang kaya raya. Tapi setelah masuknya militer AS dan mendirikan sejumlah pangkalan justru malah menjadi negara yang menjadi target aksi terorisme.

Sebagai negara yang menjadi target teroris internasional seperti ISIS dan Al Qaeda, Kerajaan Arab Saudi tidak tinggal diam. Militernya dituntut untuk memiliki pasukan antiteror yang tangguh dan terlatih. Salah satunya adalah Saudi Royal Guard Regiment (SRGR), bagian dari Angkatan Darat Arab Saudi yang mempunyai tugas khusus menjaga keluarga besar Kerajaan Arab Saudi, khususnya Raja Salman.

Dalam perkembangan terkini, SRGR merupakan pasukan elite yang jumlahnya sangat besar, sekira 33.000 personel. Pasukan yang sangat terlatih ini secara bergiliran bertugas mengamankan Raja Salman dan keluarganya selama 24 jam.

Jumlah pasukan khusus sebagai penjaga utama keluarga istana demikian besar karena Kerajaan Arab Saudi pernah beberapa kali mengalami serangan teror. Salah satu korban yang jatuh akibat serangan teror itu adalah Raja Faisal bin Abdulaziz Al Saud yang tewas akibat ditembak oleh keponakannya sendiri, Faisal bin Musaid, pada 24 Maret 1975.

Sejak terbunuhnya Raja Faisal, pasukan khusus untuk mengawal keluarga kerajaan pun dibentuk secara besar-besaran. Doktrin pasukan khusus pengawal raja ini adalah tidak mempercayai pasukan manapun untuk mengawal keselamatan rajanya.

Trauma bahwa Raja Arab pernah dibunuh oleh kelurganya sendiri membuat para pengawal selalu melekat pada rajanya. Maka tak mengherankan, ketika Raja Salman berkunjung ke Indonesia, para pengawal raja selalu berada di sekitarnya dan tetap waspada penuh.

Selain Resimen Garda Kerajaan (SRGR), Arab Saudi juga memiliki pasukan terlatih yaitu Saudi Arabian National Guard (SANG). Jumlahnya lebih banyak lagi, sekira 250.000 orang. Pasukan ini selain mengamankan Arab Saudi dari serangan luar, juga mengamankan negeri penghasil minyak ini dari serangan-serangan yang terjadi di dalam negeri termasuk upaya-upaya makar atau kudeta terhadap pemimpin kerjaan.

Pasukan KhususWhite House

Meski demikian, kendati ribuan pasukan khusus Arab Saudi selalu bersiaga penuh, saat kelompok teroris Al-Qaeda melakukan serangan teror mereka ternyata kebobolan juga. Pada 12 Mei 2003, kelompok teroris Al-Qaeda bersenjata berat menyerang pemukiman elit di kawasan Riyadh dan membunuh 36 penduduk termasuk sembilan warga Amerika.

Serangan teror itu terus berlanjut dengan beragam cara mulai dari bom mobil maupun serangan bom bunuh diri yang tujuannya utamanya merongrong kewibawaan Kerajaan Arab Saudi.

Kelompok teroris Al-Qaeda secara terang-terangan menolak Kerajaan Arab Saudi yang mengizinkan pasukan AS berada di Arab pasca Perang Teluk I (1991). Permusuhan antara Al-Qaeda – Arab Saudi – AS mencapai puncaknya pada serangan teror yang terjadi di New York pada 11 September 2001.

Serangan teror di Arab Saudi terus saja tejadi seperti yang berlangsung 12 Mei 2003. Bahkan pada tahun 2004 akibat serangan teror oleh kelompok Al-Qaeda, lebih dari  60 orang telah tewas di Arab Saudi.

Untuk menghadapi serangan teror yang bertujuan merongrong kewibawaan kerajaan itu, pasukan khusus Arab Saudi pun bekerja keras. Mereka berusaha selangkah di depan para teroris dan menggunakan taktik tempur jemput bola. Perang melawan terorisme sekaligus menjadi wahana untuk mengasah kemampuan pasukan khusus.

Berdasar pengalaman itu, pasukan khusus Arab Saudi kemudian menemukan standar materi latihan tempur. Materi itu antara lain kemampuan untuk menghadapi situasi darurat, melindungi konvoi VVIP baik dari cara mengantisipasi maupun menyelamatkan VVIP ke tempat yang aman, kemampuan menyisir dan menjinakkan bahan peledak, melakukan penyergapan, melumpuhkan teroris di sarangnya, terjun presisi dari pesawat, menembak tepat, pengintaian, dan lainnya.

Pasukan KhususIstimewa

Fasilitas untuk melaksanakan latihan tempur bagi para pasukan khusus Arab Saudi  yang berada dekat kawasan Riyadh juga sangat modern. Intinya, dalam kamp latihan tempur itu para personel militer pasukan khusus Arab Saudi digembleng habis-habisan sehingga menjadi pasukan tempur profesional dan disegani.

Fasilitas latihan tempur antara lain area yang dikelilingi wahana antipeluru, wahana perang kota, pesawat komersial dalam posisi statis untuk latihan serbuan komando antipembajakan udara, serta arena latihan untuk serbuan secara rapelling menggunakan helikopter. Khusus untuk latihan serbuan rapelling simulasi tempur meniru aksi pasukan khusus Amerika Serikat ketika menangkap Osama Bin Laden di Pakistan.

Dalam latihan serbuan komando menggunakan teknik rapelling, pasukan khusus Arab Saudi selanjutnya  meneruskan latihan duel satu lawan satu menggunakan senjata tajam. Musuh yang diajak duel adalah anggota pasukan khusus yang sudah berpengalaman lebih. Jika pasukan penyerbu bisa menjatuhkan senjata tajam yang digunakan oleh ‘’musuh’’ mereka baru dianggap lulus.

A Winardi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *