Cetak Pilot Heli Lokal Berkualifikasi Khusus, Operator Butuh Dukungan Pemerintah

pemerintahAirfast

ANGKASAREVIEW.COM – Di Indonesia, utilitas helikopter masih di dominasi untuk sektor pertambangan (mining) maupun minyak dan gas (oil & gas). Pilot ekspatriat masih menjadi ujung tombak operator penerbangan heli untuk melayani klien mereka di sektor bisnis tersebut. Namun demikian, operator berharap pemerintah dapat mendukung upaya mereka mencetak pilot lokal berkemampuan khusus.

Tidak mudah untuk menjadi seorang pilot heli yang menjalankan tugas di kedua sektor bisnis tersebut. Kualifikasi yang dibutuhkan bukan jauh lebih tinggi ketimbang pilot heli pada umumnya. Daerah tempat dan kesulitan operasinya pun berbeda dengan pilot heli biasa, yang mungkin sering Sobat AR lihat lalu lalang di perkotaan.

Sektor pertambangan maupun minyak dan gas berada di lokasi yang sulit di jangkau, seperti lepas pantai dan di lokasi yang diapit pegunungan. Kedua medan tersebut sudah pasti hambatan dan tantangannya adalah cuaca maupun angin yang dapat berudah dengan drastis.

“Kecenderungannya gini, khususnya heli, yang kita perlu lihat lebih dalam lagi adalah kebutuhan di kita untuk melayani projek-projek di tempat-tempat yang sulit,” ujar Direktur Pelaksana Airfast Indonesia, Arif Wibowo kepada Angkasa Review, Rabu (26/9/2018).

heliEry

Direktur Pelaksana Airfast Indonesia, Arif Wibowo.

Selain itu, pilot heli di kedua sektor tersebut harus memiliki tiga kualifikasi yang sangat paling dibutuhkan, karena pekerjaan mereka lebih berat ketimbang pilot heli biasa. Kualifikasi tersebut adalah high altitude, long line dan vertical reference.

“Makanya kita masih membutuhkan pilot-pilot ekspatriat yang memiliki kualifikasi khusus, karena di Indonesia belum ada Kapten Pilot yang punya kualifikasi itu,” tambahnya.

Dituturkan Arif, Airfast saat ini sedang dalam proses mencetak penerbang heli lokal untuk memiliki tiga kualifikasi tersebut. Namun demikian, ia mengungkapkan bahwa proses tersebut memakan waktu yang sangat panjang dan pendidikannya hanya ada di luar negeri.

Baca Juga:

Rotary Wing Indonesia Conference 2018, Gebrakan Memaksimalkan Utilitas Chopper di Indonesia

Don’t Get Left Behind, Stakeholder Nasional Harus Songsong Pengembangan Penerbangan Heli Sebelum Dipelopori Asing

Untuk menjadi pilot berkemampuan khusus membutuhkan 5.000 jam terbang. Sementara itu, utilitas heli di lapangan hanya 15-20 jam per bulan. Artinya, untuk menghasilkan seorang pilot heli membutuhkan waktu lebih dari 14 tahun. Tapi Arif mengatakan bahwa biasanya Airfast menghasilkan pilot baru dalam tempo lima tahun.

“Nah itu yang membutuhkan percepatan, bagaimana supaya kita bisa membantu untuk mendapatkan yang seperti ini (mendapatkan pilot lokal dalam waktu yang lebih pendek). Makanya kita membutuhkan regulatory issue yang bisa membantu dan mendorong agar ini (pendidikan pilot lokal) bisa dipercepat,” harapnya.

(ERY)

One Reply to “Cetak Pilot Heli Lokal Berkualifikasi Khusus, Operator Butuh Dukungan Pemerintah”

  1. Utk OGP Ops saat ini sdh berkurang, yg rame light helicopter utk korporat, perkebunan, mining non OGP, pariwisata jg fire patrol. Medium dan heavy helicopter banyak dipake utk fire fighting, jg mining non OGP. Utk memenuhi persyaratan operasi2 tsb, kompetensi pilot lokal sudah sangat cukup sehingga kebutuhan akan pilot ekspatriat tidak terlalu mendesak. Saat ini operator2 jarang yg masih meng-hire pilot asing. UU Ketenagakerjaan no. 13/2003 dimana ekspatriat adalah tenaga ahli yg wajib transfer knowledge dan melaporkan pelatihan transfer knowledge nya, serta batasan validasi licence yg max 2 kali, akan jadi masalah tersendiri. Dengan keterbatasan tsb sulit dapat mempekerjakan pilot ekspatriat utk waktu yg lama.

    Kualifikasi external load / sling load, diatur dalam CASR 133, teknisnya terdiri atas horizontal reference dan vertical reference yg sering disebut long line. Vertical reference atau long line digunakan pd pekerjaan khusus dimana pilot bisa mendapatkan visual reference thdp load nya. Sedangkan horizontal reference pilot mengandalkan aba2 dari Load master.
    Menurut beberapa pakar lokal yg siap melaksanakan transfer knowledge utk external load menyatakan bahwa training 5 – 7 jam saja, kemudian masuk operasi komersial sebagai PIC/US sekitar 50 – 60 jam, akan cukup utk membangun kompetensi yg signifikan.
    General sling load ops sdh diperkenalkan di ab initio heli flight training, sedangkan vertical reference atau long line merupakan perluasannya. Layaknya lulusan CPL belajar IR. Jadi tidak membutuhkan training yg sangat khusus dan waktu yg lama.

    Kualifikasi pilot helikopter lainnya seperti high altitude atau mountain flying, terbang lepas pantai atau offshore dengan NDLP nya, terbang perkotaan over congested area dengan roof top landing nya, juga membutuhkan kompetensi yg memadai.

    DH

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *